Rabu, 21 Mei 2014

Anak Gemuk Berisiko Hipertensi

anak gemuk berisiko hipertensi










      Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa anak gemuk berisiko hipertensi (tekanan darah tinggi). Penelitian yang berlangsung di Indiana, Amerika Serikat ini melibatkan 1.111 anak pada usia sekolah dengan rata-rata empat tahun. Dalam interval dua tahun sekali, para peneliti melakukan kunjungan sekolah dan melakukan pemeriksaan tekanan darah dan merekam berat badan dan tinggi badan para anak-anak.
Dari tindakan tersebut, ditemukan sedikitnya 40% dari jumlah anak-anak yang ada memiliki berat tubuh diatas rata-rata pada usianya, dan dari bagian 40% tersebut 14% diantaranya memiliki tekanan darah lebih tinggi dari normal. Sementara pada anak-anak yang memiliki berat tubuh normal, ditemukan hanya 5% yang memiliki tekanan darah tinggi.
Penelitian ini menunjukkan bahwa kita harus benar-benar perlu khawatir mengenai anak-anak yang dalam kategotri kelebihan berat badan, ujar dr. Stephen R. Daniels, PhD., Ketua Departemen Pediatri di University of Colorado of Medicine di Denver, Amerika Serikat.
Ahli lainnya melihat temuan ini sebagai pemicu kewaspadaan yang harus disikapi oleh orangtua, dimana orangtua disini memiliki peranan paling penting untuk membantu kelangsungan masa perkembangan tubuh sang anak. Kondisi hipertensi pada anak menyimpan potensi komplikasi lebih luas dan berkelanjutan lebih vital lainnya, antara lain menenggarai berkembangnya anak menjadi orang dewasa yang memiliki tekanan darah tinggi.
Tidak sampai disitu, ahli lainnya juga mengamini perihal kewaspadaan yang diperlukan untuk menyikapi temuan terbaru tersebut, lantaran kondisi hipertensi pada anak mengarahkan anak juga memiliki komplikasi kerusakan organ akibat tekanan darah tinggi yang sama sebagaimana orang dewasa dapat alami. Demikian penelitian lainnya menemukan. Bahkan, penelitian lainnya melengkapi penemuan bahwa anak-anak dengan tekanan darah tinggi memiliki perubahan halus di otak yang memiliki peranan tingkat kemampuan fokus, pemecahan masalah dan kinerja memori.

0 komentar:

Posting Komentar