Dari sekian banyak minuman yang tersedia, teh merupakan
jenis minuman yang paling dicari dan digemari oleh banyak orang dari berbagi
usia dan kalangan. Selain murah dan mudah didapat, teh diyakini mengandung
banyak antioksidan yang bermanfaat untuk kesehatan. Baik saat santai maupun
dalam pertemuan, banyak orang yang melewatinya dengan ditemani oleh secangkir
teh panas/hangat.
Namun saat ini Anda harus lebih berhati-hati, terutama
bagi Anda yang sangat menggemari teh panas. Sebuah studi yang dilakukan oleh
dr. Farhad Islami dkk di Propinsi Golestan, Iran menunjukkan bahwa orang yang
memiliki kebiasaan mengonsumsi teh panas dengan kisaran temperatur 65-70oC
(149-158oF) memiliki risiko dua kali lebih besar untuk terkena kanker esofagus
(saluran kerongkongan) dibandingkan mereka yang mengonsumsi teh dengan temperatur
kurang dari 65oC. Risiko ini masih dapat meningkat melebihi delapan kali pada
mereka ang mengonsumsi teh panas dengan temperatur lebih dari 70oC (sumber:
Islami, F. BMJ, March 27, 2009; Online First" edition. Michael Thun,
MD, vice president emeritus of epidemiology, American Cancer Society. Whiteman,
D. BMJ, March 27, 2009; Online First" edition).
Sebenarnya tidak ada kaitan yang bermakna antara insiden
kanker esofagus dengan jenis dan banyaknya teh yang dikonsumsi. Akan tetapi,
trauma panas yang ditimbulkan dapat merusak lapisan luar esofagus dan secara
tidak langsung dapat meningkatkan risiko kerusakan sel akibat pajanan bahan
karsinogenik dalam teh.
Bagaimanapun, dengan dipaparkannya data ini bukan berarti
Anda harus menghentikan kebiasaan konsumsi teh Anda sama sekali. Risiko kanker
esofagus ini dapat diturunkan dengan menerapkan periode pendinginan, yaitu
menunggu selama 5-10 menit setelah teh dibuat dan dituangkan agar menjadi
sedikit lebih dingin (hangat) sebelum dikonsumsi. Dan hendaknya cara ini juga
dapat diterapkan untuk makanan atau minuman panas yang lain.